Views
KLATEN--MI: Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo mengharapkan Candi Prambanan ke depan dapat berkembang menjadi sentra ibadah Umat Hindu sekaligus objek wisata.
"Hal tersebut akan mampu mengangkat perekonomian masyarakat, dengan tetap mempertahankan nuansa religius dan keaslian budayanya," kata Gubernur Jateng di sela upacara ritual Tawur Agung Kesanga (Wisuda Bumi) di Candi Prambanan, Klaten, Jawa Tengah, Senin (15/3).
Gubernur sangat menghargai upaya itu, karena selama ini ikut merawat atau menjaga kondisi spiritual Candi Prambanan, seperti dalam penyelenggaraan ritual Tawur Agung Kesanga.
Ia mengatakan Candi Prambanan ketika dipugar, beberapa bagian candi dan relief masih berserakan dan belum tersusun rapi.
Selain itu, kata dia, ketika terjadi gempa bumi yang melanda Klaten dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), beberapa waktu lalu, menyebabkan kerusakan pada beberapa bagian candi.
Menurut gubernur, momentum kebersamaan seperti kegiatan upacara ini menjadi awal bagi masyarakat untuk meningkatkan rasa saling memiliki terhadap keagungan Candi Prambanan.
Ia mengatakan membangun Candi Prambanan berarti membangun tiga hal penting, yakni membangun kehidupan beragama, pertumbuhan ekonomi, dan pelestarian budaya.
Gubernur Jateng berharap dengan keagungan Candi Prambanan dapat dibangun sebuah aset tempat ibadah Umat Hindu, situs budaya, dan objek wisata karya anak bangsa yang bernilai sangat tinggi.
Oleh karena itu, kata dia, kembalinya keagungan Candi Prambanan dapat menjadi ikon pariwisata yang mempunyai daya tarik internasional, sehingga mampu meningkatkan ekonomi masyarakat.
Selain itu, Bibit juga berharap Candi Prambanan dapat menjadi sentra ibadah Umat Hindu di seluruh dunia, yang memancarkan Dharma Santi kemasyarakatan.
Sementara itu, Menteri Agama Suryadharma Ali mengakui adanya keluhan dari kalangan pemimpin agama bahwa Kementerian Agama dalam memfungsikan dan memanfaatkan peninggalan bangunan keagamaan yang agung di antaranya Candi Prambanan dan candi lainnya, agar memberikan peran yang besar.
Namun, kata menteri, hal tersebut sampai sekarang masih menjadi perdebatan apakah situs keagamaan yang memiliki budaya tinggi hanya dikelola institusi kepariwisataan dan kebudayaan, atau juga melibatkan pihak lain.
Menurut dia, sebaiknya dikelola Kementerian Agama, karena candi semacam itu selain memiliki nilai budaya yang sangat tinggi, tidak boleh dilupakan nilai spiritualnya. "Nanti kita bicarakan dengan instansi yang terkait," katanya.
Ia mengatakan sejumlah pimpinan agama merasa selama ini pengelolaan peninggalan berupa candi hanya dilihat dari sisi pariwisata atau budayanya, sementara sisi religius atau keagamaannya kurang diperhatikan. (Ant/OL-7)
(mediaindonesia.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar