Views
PALEMBANG | SURYA.CO.ID — Arca Budha hilang, kini muncul Arca Wisnu. Warga RT 39 RW 12 Jl Ogan Kelurahan Bukitlama dibuat heboh, Jumat (13/3). Balai Arkeologi Palembang bahkan menurunkan lima arkeolog, termasuk Kepala Balai Arkeologi Nurhadi Rangkuti, untuk memeriksa arca itu.
Arca Wisnu itu milik Sugianto (40), seorang perajin perabotan ukiran kayu. Ditemukan 24 September 2008, tapi baru dilaporkan ke Balai Arkeologi Palembang, Jumat (13/3) pagi. Momennya pas dengan kasus raibnya Arca Buddha dari Museum Balaputra Dewa.
Awalnya warga tidak tahu, tapi melihat wartawan ramai datang ke rumah Sugianto, mereka berduyun-duyun datang menyaksikannya. Beberapa warga mengira itu adalah Arca Budha yang raib. Lalu lintas kendaraan sempat macet. Warga makin banyak yang datang seusai shalat Jumat di masjid depan rumah Sugianto.
Arca Wisnu itu tingginya 31 cm, lebar 18 cm, tebal 18 cm berwarna kuning memiliki empat tangan. Tangan kanan atas memegang cakra (senjata), tangan kanan bawah bersandar di paha kanan pada posisi waramudra. Sedangkan tangan kiri atas memegang camara (pengebut lalat) dan tangan kiri bawah memegang kendi.
Posisi kaki duduk bersila di atas padmasana (bunga teratai) dengan tubuh bersandar pada praba (lidah api tanda kedewaan). Arca mengenakan kiritamakuta (mahkota). Ada upawita (selendang) yang menyelempang dari bahu kiri ke dada terus ke belakang tubuh.
Nurhadi Rangkuti mengatakan, ditilik dari sikap dan kelengkapan ornamen, arca tersebut berasal dari abad IX. Namun, keasliannya diragukan karena belum pernah ditemukan arca serupa berbahan kuningan. Umumnya arca logam dibuat dari perunggu atau perunggu dilapisi emas.
Perunggu adalah logam yang dibuat dari hasil campuran tembaga (Cu) dengan timah (Sn). Sedangkan kuningan dibuat dari tembaga dan seng (Zn). Menurut Retno Purwanti, secara kasat mata kedua logam itu berbeda.
“Perunggu lebih berat dibanding kuningan. Warnanya juga, perunggu kuning tapi agak putih. Tidak kuning mengilap seperti kuningan. Memang pakaian kebesarannya lengkap dan sangat meyakinkan,” kata Retno Purwanti, arkeolog.
Rencananya, Arca Wisnu itu akan diteliti Balai Arkeologi, Senin (16/3) lusa, untuk membuktikan asli atau palsu menggunakan alat pinjaman dari Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jambi.
Nurhadi Rangkuti meragukan keasliannya karena di daerah Trowulan, Jawa Tengah, ada pengrajin yang membuat arca dari kuningan dan perunggu. Sedangkan arca berbahan batu dibuat pengrajin di Muntilan.
Bawa keberuntungan
Arca Wisnu itu ditemukan Alex Anggara, putra Sugianto, di depot pertukangan kayu samping rumah. Pagi itu ia membersihkan bagian dalam lemari. Arca berada di rak sisi kiri lemari, berdiri tegak dan sudah lengket dengan papan. “Ada suara, krak, ketika saya tarik lepas. Arca ini banyak karat berwarna hijau, tapi sudah kami bersihkan,” kata Alex. Temuan itu langsung diberitahukan pada ayahnya.
Uniknya, lemari ukir itu sudah hampir setahun di depot Sugianto. Milik seorang warga (mereka lupa di mana alamatnya) yang memberi upah perbaikan karena lemari rusak parah. Kaki lemari tinggal satu dan pintu tidak terkunci. Selama di depot, lemari itu sering digunakan anak-anak sekitar rumah untuk bermain masak-masakan.
Alex menuturkan, lemari kayu itu diambil dari loteng rumah pemiliknya. “Sampai selesai diperbaiki bulan kemarin (Februari, red), pemilik lemari tidak menanyakan arca itu. Biasanya kalau pelanggan ada ketinggalan barang, ditanya. Ini tidak,” kata Alex.
Sugianto menambahkan, temuan itu hanya diceritakan pada Gunawan, staf pegawai di Balai Arkeologi Palembang. Sedangkan warga tidak diberitahu. Hanya saja, Gunawan baru menceritakannya kepada Retno Purwanti kemarin pagi.
“Aku tidak mengerti benda ini, lebih baik lapor karena mungkin dibutuhkan. Disimpan juga tidak ada gunanya, malah jadi beban pikiran. Nanti, bagaimana pemerintah saja,” kata Sugianto.
Seperti biasa, penemuan benda antik dikaitkan dengan unsur mistis. Alex meyakini arca tersebut membawa keberuntungan karena setelah penemuan ia lantas diterima bekerja. Ia berencana tidak melepas arca itu meski diminta pemerintah.
Sugianto menceritakan, setelah menyimpan arca tersebut, para tukang yang bekerja padanya tidak berani lagi tidur di depot. Suatu malam, Wak Yon (40), tukang ukir asal Sukabangun, tidur di depot tiba-tiba menjerit histeris. “Katanya ada makhluk besar. Mereka takut semua. Saya sendiri pernah mimpi ada orang besar tapi cuma kelihatan kakinya. Tapi, mungkin karena saya berpikir berlebihan,” ujarnya. sripo
(Surya, Sabtu, 14 Maret 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar